Rabu, 01 Juli 2009

BAB I PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nasional sedang mengalami berbagai perubahan yang cukup mendasar, terutama berkaitan dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Undang-Undang Sisdiknas), manajemen, dan kurikulum yang diikuti oleh perubahan-perubahan teknis lainnya. Perubahan-perubahan tersebut diharapkan dapat memecahkan berbagai permasalahan penddikan, baik masalah-malasah konvensional maupun masalah-masalah yang muncul bersamaan dengan hadirnya ide-ide baru (masalah inovatif). Di samping itu, melalui perubahan tersebut diharapkan terciptanya iklim yang kondusif bagi peningkatan kualitas pendidikan dan pengembangan Sumber Daya Manusia untuk mempersiapkan bangsa Indonesia memasuki era kejagatan dalam kesemrawetan global.
Terkait Hal tersebut Sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”
Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut peranan pendidikan sangat menentukan pendidikan yang pada umumnya dilaksanakan di sekolah karena sekolah berfungsi untuk meneruskan nilai-nilai luhur bangsa kepada generasi muda serta berlangsungnya proses pembelajaran. Untuk terjadinya Proses Belajar Mengajar dan meneruskan nilai-nilai luhur yang efektif perlu adanya kerja sama yang baik antara guru dan siswa, orang tua dan masyarakat disekitarnya sudah barang tentu di bawah koordinasi seorang manager yaitu Kepala Sekolah.
Perubahan-perubahan di atas menuntut berbagai tugas yang harus di lakukan oleh para kepala sekolah sebagai pemimpin di sebuah lembaga pendidikan sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing.
Dalam upaya Peningkatan kualitas lulusan peserta didik, Kehadiran kepemimpinan kepala sekolah sangat penting karena merupakan motor penggerak bagi sumber daya sekolah terutama guru-guru dan karyawan sekolah. Begitu pentingnya peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya kegiatan sekolah sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh kepala sekolah.
Kepala Sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah. Pola kepemimpinannya sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap kemajuan sekolah. Pada saat menjadi guru tugas pokoknya adalah mengajar dan membimbing siswa untuk mempelajari mata pelajaran tertentu sedangkan Kepala Sekolah tugas pokoknya adalah “memimpin“ dan “mengelola” guru beserta stafnya untuk bekerja sebaik-baiknya demi mencapai tujuan sekolah.
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisasi karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Pentingnya kepemimipinan seperti yang dikemukakan oleh Allan Tucker dalam bukunya Syafaruddin yang berjudul Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan (2002:50), menyatakan bahwa kepemimpinan ialah kemampuan untuk mempengaruhi atau mendorong seseorang atau sekelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan tertentu atau sasaran dalam situasi tertentu.
Dalam rangka inilah pendidikan sangat diperlukan sebagai strategi untuk Peningkatan kualitas suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana dalam membangun watak bangsa (Nasionation Charachter Building). Oleh karena itu, lembaga pendidikan mempunyai tugas dan tangung jawab dalam mengusahakan kecerdasan pikiran dan pemberian ilmu pengetahuan sesuai dengan tingkat sekolah masing-masing, walaupun pada kenyataannya Peningkatan mutu pendidikan pada setiap jenjang pendidikan belum sepenuhnya dapat diwujudkan. Karena hal ini bukan merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan persoalan yang komplek dan rumit yang memerlukan manajemen yang baik dan terarah.
Disamping itu, kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam Peningkatan kualitas pendidikan. Seperti yang diungkapkan oleh Supardi bahwa sangat erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kepala sekolah, iklim budaya sekolah, dan prilaku nakal peserta didik dalam sekolah. Dengan itu kepala sekolah bertujuan atas manajemen pendidikan secara makro yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat PP. 28 tahun 1990 bahwa : ”Kepala Sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasana”.
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang berintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pembangunan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Salah satu indikator kekurangberhasilan ini ditunjukkan antata lain dengan NEM siswa untuk berbagai studi pada jenjang SLTP dan SLTA yang tidak memperlihatkan kenaikan yang berarti bahkan boleh dikatakan konstan dari tahun ke tahun, kecuali pada beberapa sekolah dengan jumlah yang relatif sangat kecil.
Ada faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. Yaitu strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.
Dalam konteks ini, lembaga sekolah harus memiliki pimpinan yang efektif dalam menjalankan manajemen untuk mengelola perubahan yang ada dan berkelanjutan. David F.Salisbury (1996:149) dalam Five Technology in Educational Change menjelaskan : “Upaya memperbaiki kualitas output sangat ditentukan oleh mutu kepemimpinan dan manajemen yang efektif”.
Kepemimpinan penting sekali dalam mengejar mutu yang diinginkan pada setiap sekolah. Sekolah hanya akan maju bila dipimpin oleh kepala sekolah yang visioner, memiliki keterampilan manejerial, serta integritas kepribadian dalam melakukan perbaikan mutu. Kemimpinan kepala sekolah tentu menjalankan manajemen sesuai dengan iklim organisasinya.
Untuk menciptakan sekolah yang fungsional dan efektif dalam mencapai harapan pelanggan, maka perlu diciptakan hal-hal yang baru dalam organisasi pendidikan, baik dalam hal pilihan metode pengajaran, pembiayaan yang efektif, penggunaan alat-alat teknologi pengajaran yang baru, materi pengajaran yang bermutu tinggi, dan kemampuan menciptakan dan menawarkan lulusan. Para pemimpin lembaga pendidikan yang ingin mengarahkan organisasinya ke dalam era baru memerlukan pengertian akan dinamika perubahan dan mengelola perubahan itu sendiri. Untuk mewujudkan perubahan sangat tergantung pada efektivitas kepemimpinan yang berorientasi pada pencapaian mutu lulusan dan pelayanan pelanggan yang terbaik.
Inilah yang mendasari penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kualitas Lulusan di MTs Nahdlatul Wathon Licin Banyuwangi.

B. Alasan Pemilihan Judul
Ada beberapa alasan yang mendasari peneliti untuk memilih judul “Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kualitas Lulusan di MTs Nahdlatul Wathon Licin Banyuwangi” yaitu :
1. Judul di atas sangat relevan dan signifikan dengan bidang spesialisasi peneliti, yaitu dalam konteks ketarbiyahan (pendidikan).
2. Kepemimpinan kepala sekolah suatu hal yang penting dalam peningkatan kualitas lulusan, karena kepala sekolah sekaligus sebagai pemimpin di sebuah lembaga merupakan motor penggerak terhadap tercapainya visi dan misi sekolah tersebut.
3. Bahan yang diperlukan untuk membahas cukup tersedia, baik berupa data lapangan maupun referensi yang dibutuhkan.
C. Penegasan Judul
Untuk menghindari kesalahpahaman, maka perlu dikemukakan batasan pengertian secara ringkas yang terkait dengan judul di atas, yaitu :
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisasi karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Pentingnya kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh James M. Black pada Manajemen: a Guide to Executive dalam Sadili Samsudin yang dimaksud dengan “Kepemimpinan adalah kemampuan menyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau berkerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Sementara mulyasa mendefinisikan kepemimpinan sebagai “Kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien”.
Sedangkan pengertian Kepala Sekolah yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan “pemimpin sekolah atau suatu lembaga dimana tempat menerima dan memberi pelajaran”.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah berarti suatu bentuk komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya yang bertujuan agar kualitas keprofesionalannya dalam menjalankan dan memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah untuk mau bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Sedikitnya mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya, adanya pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi.
2. Kualitas Lulusan
Pengertian secara umum kualitas mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa. Dalam konteks pendidikan pengertian kualitas, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam “proses pendidikan” yang berkualitas terlibat berbagai input, seperti bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas, baik konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademik maupun yang non-akademik dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.
Kualitas dalam konteks “hasil pendidikan” mengacu pada prestasi yang dicapai sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap semester, akhir semester, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang di capai atau hasil pendidikan (student achevement) dapat berupa test kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, Ebta atau Ebtanas). Dapat pula prestasi di bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya : komputer, beragam jenis teknik, jasa. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dan sebagainya.
D. Fokus dan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penelitian ini difokuskan pada “Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kualitas Lulusan”. Fokus penelitian dijabarkan dalam rumusan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kualitas lulusan ?
2. Bagaimana upaya kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kualitas lulusan di MTs. Nahdlatul Wathon Licin Banyuwangi ?
3. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat terhadap kepemimpinan kepala sekolah MTs. Nahdlatul Wathon Licin Banyuwangi dalam peningkatan kualitas lulusan ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk mengungkap jawaban terhadap permasalahan yang telah dirumuskan pada fokus penelitian. Dengan demikian secara umum tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendiskripsikan kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kualitas lulusan di MTs. Nahdlatul Wathon Licin Banyuwangi.
2. Untuk mengungkap upaya kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kualitas lulusan di MTs. Nahdlatul Wathon Licin Banyuwangi.
3. Untuk mengungkap faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat terhadap kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kualitas lulusan MTs. Nahdlatul Wathon Licin Banyuwangi.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini sangat urgen dan sekaligus banyak manfaatnya dilihat dari perspektif teoritis dan praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memperkaya konsep kepemimpinan kepala sekolah.
2. Untuk menambah khazanah keilmuan dibidang peningkatan kualitas lulusan.
3. Berguna bagi kepala sekolah dalam Peningkatan kualitas lulusan di MTs Nahdlatul Wathon Licin Banyuwangi.
4. Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi MTs. Nahdlatul Wathon Licin Banyuwangi guna menemukan kekurangan dan kelemahan pengelolaan manajemen khususnya yang berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah dalam Peningkatan kualitas lulusan sehingga dapat dicarikan solusi untuk arah perbaikan.
5. Dapat mendukung terhadap keilmuan dan pengetahuan sebagai mahasiswa Program Strata 1 (S.1) konsentrasi Pendidikan Agama Islam dan upaya untuk mencari jawaban yang selama ini menjadi perhatian peneliti yaitu kepemimpinan kepala sekolah dalam Peningkatan kualitas lulusan.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian tentang strategi kepemimpinan kepala sekolah dalam Peningkatan kualitas lulusan ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan, gambar, dan bukan angka-angka. Selain itu, semua dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.
Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan , foto, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lainnya. Hal itu hendaknya dilakukan seperti orang merajut sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu. Pertanyaan dengan kata tanya “mengapa”, “alasan apa”, dan “bagaimana terjadinya” akan akan senantiasa dimanfaatkan oleh peneliti. Dengan demikian, peneliti tidak akan memandang bahwa sesuatu itu sudah memang demikian keadannya.
Untuk mengadakan pengkajian selanjutnya terhadap istilah penelitian kualitatif perlu kiranya dikemukakan definisi. Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan “metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Kirk dan Miller (1986:9) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.
Karena fokus penelitian ini adalah menyangkut kepemimpinan kepala sekolah dalam Peningkatan kualitas lulusan di MTs. Nahdlatul Wathon Licin Banyuwangi yang mengungkap alasan dan dasar pikiran pemilihan kepemimpinan kepala sekolah yang diterapkan dalam rangka Peningkatan kualitas lulusan, langkah-langkah kepemimpian kepala sekolah yang dilakukan oleh MTs. Nahdlatul Wathon Licin Banyuwangi dalam Peningkatan kualitas lulusan, ini berarti yang diteliti adalah suatu “proses”, agar apa yang diteliti tersebut betul-betul terungkap diperlukan pengamatan yang mendalam, maka sebaiknya proses tersebut didekati secara kualitatif.
Bogdan dan Biklen (1982:27-30) memberikan ciri khusus dari penelitian kualitatif yaitu : (1) penelitian kualitatif mempunyai latar alamiah. Kealamiahan penelitian ini tampak dengan dilakukannya penelitian secara langsung pada tempat terjadinya proses strategi kepemimpinan kepala sekolah dalam Peningkatan kualitas lulusan, (2) penelitian ini bersifat deskriptif, (3) penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses dari pada hasil atau produk semata, (4) penelitian kualitatif cenderung mengarahkan data secara induktif dan (5) makna merupakan soal esensial untuk rancangan kualitatif.
2. Tehnik Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data ini dalam rangka memperoleh data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan dalam penelitian nanti, prosedur pengumpulan data menggunakan tiga cara, yakni observasi, wawancara, dokumentasi. Intrumen pokok penelitian ini adalah peneliti menggunakan alat bantu seperti kamera, pedoman wawancara, alat tulis seperti bolpoint, pensil, buku catatan kecil, dan lainnya yang diperlukan.
Berikut ini uraian prosedur pengumpulan data :
a. Observasi
Observasi merupakan salah satu tehnik pengumpulan data yang cukup efektif untuk mempelajari suatu sistem. Observasi juga disebut dengan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Hakikat observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik terhadap gejala-gejala yang diselidiki.
Dalam hal ini peneliti dalam bentuk observasi partisipasi yang berarti peneliti terlibat langsung atau dalam obyek penelitian. Adapun alasan penggunaan ini adalah sebagai berikut :
1. Dengan metode observasi akan lebih banyak melihat serta mengamati obyek penelitian.
2. Obyek yang diobservasi tidak terlalu terganggu ketika penelitian berlangsung.
3. Sebagai penguat dari data-data yang diperoleh atau dapat mempermudah terhadap pengumpulan data yang banyak karena pelaksanaannya cukup teratur.
Adapun data yang ingin diperoleh dengan metode ini antara lain :
1. Letak geografis dan gambaran umum tentang MTs Nahdlatul Wathon Licin Banyuwangi.
2. Keadaan fasilitas bangunan dan lingkup sekolah
3. Keadaan proses belajar mengajar
b. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Tehnik ini digunakan untuk mengetahui secara mendalam, mendetail atau intensif terhadap pengalaman-pengalaman informan dari topik tertentu atau situasi spesifik yang dikaji. Sebelum dimulai wawancara pertanyaan disiapkan terlebih dahulu (berupa pedoman wawancara) sesuai dengan jenis penggalian data yang diperlukan dan kepada siapa wawancara tersebut dilakukan.
Pertanyaan yang efektif akan membantu pengumpulan data yang akurat, karenanya Fox (dalam Savilla, 1993) memberikan kreteria karakteristik pertanyaan yang efektif sebagai berikut : (a) Bahasanya jelas, (b) Ada ketegasan isi dan periode waktu (c) Bertujuan tunggal, (c) Bebas dari asumsi, (d) Bebas dari saran, (f) Kesempurnaan data bahasa.
Adapun data yang ingin diperoleh dengan metode wawancara ini sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan gambaran tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kualiltas lulusan.
2. Untuk mendapatkan gambaran tentang upaya kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kualitas lulusan.
3. Untuk mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kualitas lulusan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi artinya catatan, surat atau bukti. Metode ini mengumpulkan data berupa catatan-catatan, surat bukti dalam bentuk foto, gambar dan lain-lain. Dokumen-dokumen ini dapat mengungkapkan bagaimana subjek mendefinisikan dirinya sendiri, lingkungan, dan situasi yang dihadapinya pada suatu saat, dan bagaimana kaitan antara definisi diri tersebut dalam hubungan dengan orang-orang di sekelilingnya dengan tindakan-tindakannya.
Adapun data yang ingin diperoleh dalam penggunaan metode ini meliputi :
1. Sejarah berdirinya MTs Nahdlatul Wathon Licin Banyuwangi
2. Data Struktur, Denah Sekolah, dan Daftar Guru
3. Kelengkapan Sarana dan Prasarana
4. Keadaan fisik bangunan
5. Dokumen-dokumen yang terkait dengan upaya kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kualitas lulusan.

3. Teknik Analisis Data
Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002:103) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975:79) mendefinisikan analisa data sebagai proses merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih menitikberatkan pengorganisasian data sedangkan yang ke dua lebih menekankan maksud dan tujuan analisa data. Dengan demikian definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi : Analisa data proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.
Dari uraian tersebut di atas dapatlah kita menarik garis bawah analisis data bermaksud pertama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorikannya.
Akhirnya perlu dikemukakan bahwa analisis data itu dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif, yaitu sudah meninggalkan lapangan. Selain menganalisis data. Peneliti juga perlu dan masih perlu mengalami kepustakaan guna mengkonfirmasikan teori atau untuk menjastifikasikan adanya teori baru yang barangkali ditemukan.
Dengan demikian, hasil pembahasan penelitian didapat hasil yang akurat, menemukan hal yang baru atau memperkuat dan menambah hasil penemuan sebelumnya, tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam Peningkatan kualitas lulusan.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapat gambaran yang jelas dan memudahkan dalam memahami penelitian ini penulis akan mengemukakan tentang sistematika pembahasan, yaitu sebagai berikut :
Bab I, Pendahuluan yang memaparkan tentang latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, penegasan judul, fokus dan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II, kerangka teoritis yang memaparkan tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam Peningkatan kualitas lulusan, yang terdiri dari sub pokok pembahasan yaitu Kepemimpinan kepala sekolah meliputi beberapa pembahasan seperti pengertian kepemimpinan kepala sekolah, fungsi kepemimpinan kepala sekolah, tipe-tipe kepemimpinan kepala sekolah, gaya kepemimpinan kepala sekolah, dan peranan kepala sekolah sebagai pemimpin. Sub pokok kedua membahasan tentang kualitas lulusan, meliputi pengertian mutu atau kualitas lulusan, komponen-komponen yang mempengaruhi kualitas lulusan. Pembahasan ketiga yaitu kajian teoritis tentang kepemimpina kepala sekolah dalam peningkatan kualitas lulusan.
Bab III, hasil-hasil penelitian yang memaparkan tentang lokasi penelitian. Termasuk penyajian data seperti : kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kualitas lulusan, upaya kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kualitas lulusan dan faktor-faktor pendukung dan penghambat kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kualitas lulusan, dan Analisa data yang berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kualitas lulusan.
Bab IV, kesimpulan dan saran-saran, yang memaparkan tentang kesimpulan penelitian dan saran-saran kepada pihak-pihak yang terkait.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar